Jumat, 18 Mei 2012

Persepsi dan kebijakan budaya Jepang sejak awal Meiji s/d akhir perang dunia II


Perbandingan budaya Indonesia - Jepang

Persepsi dan kebijakan budaya Jepang sejak awal Meiji s/d akhir perang dunia II

oleh: Dr. Susy Ong
kajianjepang@gmail.com

Awal Meiji: slogan ‘bunmei kaika’

        Bunmei (peradaban): budaya Barat (Eropa)

        Kaika: membuka diri (konsep tandingan dari sikap menutup diri ala politik isolasi)

        Budaya Barat (maju) vs budaya Jepang (terkebelakang)

        Fukuzawa Yukichi “Bunmei ron no gairyaku”

        mentalitas ‘budak’ vs jiwa ‘merdeka’

        Majalah Meiroku: pengenalan ‘budaya Barat’

Pertengahan Meiji: kritik terhadap ‘westernisasi yang membabi buta’

       Westernisasi tidak membawa manfaat / meningkatkan kesejahteraan rakyat

       Atas nama kemajuan / westernisasi, pemerintah menindas kelompok oposisi dengan tangan besi

       Gerakan anti pemerintah = anti kebijakan westernisasi pemerintah = menjunjung ‘kebudayaan Jepang’

       Ormas Seikyousha

Akhir Meiji

       Menang dalam perang dengan Cina dan Rusia – prestise, apresiasi pada ‘budaya’ Jepang

       Diplomasi internasional – perlunya ‘mempertunjukkan’ budaya ‘asli’

       Lahirnya ‘budaya asli’ Jepang untuk konsumsi jaman modern – domestik dan internasional (bagian dari diplomasi)

Jaman Taisho

       Kritik terhadap ‘budaya militeristik’ ala Meiji

       Slogan: membangun negara yang ‘berbudaya’ – anti militer – semangat anti militer internasional pasca perang dunia I

       Kehidupan yang ‘berbudaya’: gaya hidup (sandang, pangan, hiburan) yang praktis ala Eropa kontemporer – budaya Hollywood

Akhir Taisho s/d awal Showa

         Maraknya gerakan sosialisme (trend global, resesi ekonomi) --Ketakutan penguasa dan pemilik modal besar – perlunya ideologi tandingan sosialisme

         Rekayasa ‘budaya asli’ Jepang

         1933: Bungei Konwakai, asosiasi sastrawan untuk memajukan ‘budaya Jepang’ – meredam keresahan sosial pasca insiden Manchuria dan keluarnya Jepang dari Liga Bangsa-bangsa – inisiator: mantan kepala biro kepolisian, kemendag

         Nippon Bunka Renmei (Nippon Cultural Federation) -- inisiator: biro kepolisian pada kemenda; penyandang dana: zaibatsu

         Kokusai bunka shinkokai (dibubarkan pada tahun 1971; 1972: Japan Foundation)

Akhir 1930an

        Kontrol negara atas kehidupan rakyat, atas nama ‘pembangunan budaya nasional’

        1938: Konoe Shintaisei (orde baru ala kabinet Konoe Fumimaro) – perang Jepang-Cina (sejak Juli 1937) sebagai perang budaya – mobilisasi sastrawan – pasukan pena (pen butai) – sastrawan berkarya sesuai dengan garis kebijakan negara

        Kokusai Kankoukyoku (sekarang: Japan Travel Bureau)promosi Jepang kepada orang asing melalui promosi pariwisata (berdiri: 1930)

Perang ‘pembebasan Asia’ sbg Perang Budaya

       1940: semua parpol membubarkan diri, kekuatan politik melebur dalam Taisei Yokusankai (Imperial Rule Assistance Association); divisi budaya sebagai pendukung Perang ‘budaya’ melawan ‘budaya Barat’

       1943: majalah ‘Keboedajaan Timoer’

       Perang Asia Pasifik : perang propaganda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar