Persepsi dan kebijakan budaya Jepang sejak awal Meiji s/d akhir perang dunia II
Perbandingan budaya Indonesia - Jepang
Persepsi dan kebijakan budaya Jepang sejak awal Meiji s/d akhir perang
dunia II
oleh: Dr. Susy Ong
kajianjepang@gmail.com
Awal Meiji: slogan ‘bunmei kaika’
•
Bunmei (peradaban): budaya Barat
(Eropa)
•
Kaika: membuka diri (konsep
tandingan dari sikap menutup diri ala politik isolasi)
•
Budaya Barat (maju) vs budaya
Jepang (terkebelakang)
•
Fukuzawa Yukichi “Bunmei ron no
gairyaku”
•
mentalitas ‘budak’ vs jiwa
‘merdeka’
•
Majalah Meiroku: pengenalan ‘budaya
Barat’
Pertengahan Meiji: kritik terhadap ‘westernisasi yang membabi buta’
•
Westernisasi tidak membawa
manfaat / meningkatkan kesejahteraan rakyat
•
Atas nama kemajuan /
westernisasi, pemerintah menindas kelompok oposisi dengan tangan besi
•
Gerakan anti pemerintah = anti
kebijakan westernisasi pemerintah = menjunjung ‘kebudayaan Jepang’
• Ormas Seikyousha
Akhir Meiji
•
Menang dalam perang dengan Cina
dan Rusia – prestise, apresiasi pada ‘budaya’ Jepang
•
Diplomasi internasional –
perlunya ‘mempertunjukkan’ budaya ‘asli’
•
Lahirnya ‘budaya asli’ Jepang
untuk konsumsi jaman modern – domestik dan internasional (bagian dari
diplomasi)
Jaman
Taisho
• Kritik
terhadap ‘budaya militeristik’ ala Meiji
• Slogan:
membangun negara yang ‘berbudaya’ – anti militer – semangat anti militer internasional pasca perang dunia I
• Kehidupan
yang ‘berbudaya’: gaya hidup (sandang, pangan, hiburan) yang praktis ala Eropa
kontemporer – budaya Hollywood
Akhir
Taisho s/d awal Showa
•
Maraknya gerakan
sosialisme (trend global, resesi ekonomi) --Ketakutan
penguasa dan pemilik modal besar – perlunya ideologi tandingan sosialisme
•
Rekayasa ‘budaya asli’ Jepang
•
1933: Bungei Konwakai,
asosiasi sastrawan untuk memajukan ‘budaya Jepang’ – meredam keresahan sosial
pasca insiden Manchuria dan keluarnya Jepang dari Liga Bangsa-bangsa –
inisiator: mantan kepala biro kepolisian, kemendag
•
Nippon Bunka Renmei
(Nippon Cultural Federation) -- inisiator: biro kepolisian
pada kemenda; penyandang dana: zaibatsu
•
Kokusai bunka shinkokai
(dibubarkan pada tahun 1971; 1972: Japan Foundation)
Akhir 1930an
•
Kontrol negara atas
kehidupan rakyat, atas nama ‘pembangunan budaya nasional’
•
1938: Konoe Shintaisei
(orde baru ala kabinet Konoe Fumimaro) – perang Jepang-Cina (sejak Juli 1937)
sebagai perang budaya – mobilisasi sastrawan – pasukan pena (pen butai) –
sastrawan berkarya sesuai dengan garis kebijakan negara
•
Kokusai Kankoukyoku
(sekarang: Japan Travel Bureau) – promosi Jepang kepada orang asing melalui
promosi pariwisata (berdiri: 1930)
Perang ‘pembebasan Asia’ sbg Perang Budaya
•
1940: semua parpol membubarkan
diri, kekuatan politik melebur dalam Taisei Yokusankai (Imperial Rule
Assistance Association); divisi budaya sebagai pendukung Perang ‘budaya’ melawan
‘budaya Barat’
•
1943: majalah ‘Keboedajaan
Timoer’
•
Perang Asia Pasifik : perang
propaganda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar