Selasa, 15 Mei 2012

Sejarah Jepang 8 demokrasi, liberalisme, sosialisme, modernisme, westernisme, persiapan menuju fasisme

oleh: Dr. Susy Ong

Kabinet Hara Takashi (1)

1918.9 – 1921.11

        Tarik pasukan dari Siberia, Jepang ikut serta dalam pembentukan Liga Bangsa-bangsa, kompromi dengan AS (pernyataan Woodrow Wilson) – politik non-intervention terhadap Cina (cabut dukungan kepada salah satu kekuatan di Cina)

        Konsentrasi pada kebijakan domestik: perluasan institusi pendidikan tinggi, pembangunan industri, perluasan jaringan transportasi kereta api, peningkatan pertahanan nasional


Persetujuan Washington, 1922

 Pembatasan kepemilikan kapal perang – cegah pemicu perang dunia – AS, Jepang, Inggris, Perancis, Italia

Perjanjian 9 negara (AS, Jepang, Inggris, Perancis, Italia, Belanda, Belgia, Portugis, ROC) – keutuhan teritori Cina – negara Barat saling cegah negara lain monopoli kepentingan di Cina


Kabinet Hara Takashi (2)

 Obligasi untuk menghimpun dana – pembangunan industri militer, perluasan jaringan kereta api, industri, pendidikan tinggi untuk menghasilkan tenaga siap pakai untuk industri

Booming ekonomi, kesenjangan sosial – ketidakpuasan sosial

1921.11   Hara terbunuh di stasiun Tokyo; pembunuh: Nakaoka Kon’ichi, pegawai stasiun kereta api, menuduh Hara berkolusi dengan Zaibatsu, kebijakan hanya menguntungkan kelompok Zaibatsu, korbankan rakyat kecil


Partai komunis Jepang (PKJ)

Dampak revolusi Rusia (1917.10) – contoh keberhasilan revolusi, menumbangkan rezim kapitalis, bangun pemerintahan sosialis

1921 persiapan pembentukan partai komunis Jepang – komintern (komunis internasional) cabang Jepang

1922.7  berdiri partai komunis Jepang (ilegal)

1922. 11  mengirim Katayama Sen sebagai wakil PKJ ke kongres komintern (tandingan dari Liga Bangsa-bangsa, 1920)

1923.6   tokoh PKJ ditangkap, PKJ dibubarkan

  

Wakil-wakil Asia di Komintern


Fabian Society of Japan

Tindakan represif oleh pemerintah, membaiknya kondisi ekonomi, pengaruh gerakan sosialisme Inggris – berdirinya Fabian Society of Japan pada April 1924

Tujuan: mendorong gerakan sosialisme, perbaikan nasib buruh dan petani, dengan cara reformasi (anti revolusi) – kaum sosialis kristen – Abe Isoo

Model: gerakan Fabian di Inggris sejak akhir abad ke-19, oleh kelompok intelektual pendiri LSE

Fabian: jenderal di jaman Romawi kuno, penganjur taktik perang jangka panjang (sampai musuh tidak mampu bertahan lagi sehingga menyerah)


Tumbuhnya kelompok Kiri dan Kanan

Kelompok kiri: gerakan petani, buruh, mahasiswa (kaum intelektual urban)

Kelompok kanan: seringkalinya didanai oleh konglomerat, menuduh gerakan sayap kiri sebagai kaki tangan Sovyet (asing)


Gempa Kanto

1923.9.1  gempa magnitude 7,9

Diperkirakan sekitar 100 ribu orang meninggal atau hilang; korban gempa sekitar 1,9 juta orang

Kerusakan bangunan dan kebakaran di pemukiman padat penduduk

Pembantaian warga Korea – ada 59 orang Jepang yang terbunuh, karena disangka orang Korea


Pasca gempa: perkembangan budaya urban modern

Rekonstruksi metropolitan Tokyo pasca gempa

Bangunan modern, pemukiman modern, gaya hidup modern – mobo, moga, café, gambar bergerak, speedy – modernisme, pragmatisme, pengutamaan efisiensi

Budaya urban (Barat) vs budaya ‘Jepang’

 Antipati terhadap hegemoni budaya urban: rekayasa citra ‘desa tradisional Jepang’

 

 国民精神作興に関する詔書 (こくみんせいしんさっこうにかんするしょうしょ)

 Pasca gempa Kanto – 1923.11.10

 Seruan kepada rakyat agar hidup hemat dan rajin

 Kebijakan ‘social management’ – kerja sama birokrat dan ‘kaum intelektual progresif’ untuk membentuk ‘budaya nasional’ – rajin dan hemat

 

Gerakan anti diskriminasi: suiheisha

 Mencontoh gerakan Leveller (tuntutan persamaan hak sipil oleh rakyat jelata kepada bangsawan) di Inggris abad ke-17

Tuntutan penghapusan diskriminasi terhadap burakumin (kelompok yang dianggap pariah sejak jaman Edo)

 Landasan ideologi: prinsip negara modern tentang persamaan hak warganegara di hadapan hukum; kewajiban sebagai warganegara (wajib militer) sebagai landasan untuk menuntut hak yang sama

‘semua rakyat adalah kawula kaisar’ – kooptasi oleh negara

 

Sastra proletariat

Pengaruh pemikiran humanisme dan sosialisme di Eropa pasca perang dunia pertama

Majalah Tanemakuhito (penabur), 1921-1923

Bungei sensen – front sastra

Pemahaman egaliter, keberpihakan kepada kaum buruh dan petani

 

UU Anti Subversi dan UU Pemilu 1925

Kebijakan penanggulangan gerakan sosialisme – mencontoh Jerman

UU Pemilu – dukungan suara melalui pemilu sebagai sumber legitimasi pemerintah

UU anti subversi – kritik terhadap kebijakan ‘kapitalistik’ pemerintah menjadi gerakan subversif – melanggar UU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar