oleh: Dr. Susy Ong
Sejarah
Jepang
1. Konsep Sejarah, Konsep Jepang, Asal-usul Konsep
Jepang
sejarah ≠ mitos/legenda
Herodotus : Yunani, abad ke-5 Sebelum Masehi; pertarungan
politik dan militer antar ‘negara’
司馬遷『史記』 Shibasen
(Shiki)(135 (145?) – 86 sebelum Masehi, Cina): Sejarah suatu dinasti HANYA DAPAT DITULIS
pada era dinasti berikutnya; Sejarah tidak boleh menjadi pembenaran bagi
penguasa.
Sejarah menjelaskan perubahan sosial
sebagai akibat dari pertarungan politik antar berbagai kelompok kepentingan,
PERUBAHAN POLITIK SOSIAL EKONOMI SEBAGAI AKIBAT DARI TINDAKAN MANUSIA, TANPA
CAMPUR TANGAN DEWA DEWI.
Benedetto Croce (1866-1952, Italia):
All history is contemporary history.
-- banyak
sekali fakta yang terjadi sepanjang sejarah, namun yang dicatat hanyalah
fakta-fakta yang dianggap penting oleh pencatat sejarah (historian, atau historian
yang bekerja sesuai instruksi politikus); sejarah bukan hanya rangkaian
kejadian di masa lalu, namun kejadian-kejadian di masa lalu yang dianggap
penting oleh orang-orang sekarang --- bersifat subyektif
Karl Marx: Teknologi produksi dan basis ekonomi sebagai
pendorong perjalanan sejarah manusia (c.f.
Revolusi Perancis)
Kitab
sejarah Jepang yang paling tua:
日本書紀 (Nihon Shoki) selesai ditulis
pada tahun 720, atas perintah penguasa.
古事記 (Kojiki)
berisi mitos lahirnya
negara Jepang; copy paling tua yang
diturunkan sampai sekarang adalah salinan pada abad ke-14.
-- Mitos, bukan sejarah
Asal usul nama Jepang, menurut
catatan 魏志倭人伝 (Gishiwajinden)
(abad ke-3): wajin, yamatai
「倭人は帯方郡(現在の北朝鮮南西部にあたる地域)の東南、大海の中に在る。山島に依って国や邑(むら)を為している。旧(もと)は百余国あった。漢の時、朝見する者がいた。今は交流可能な国は三十国である。……」などとある。卑弥呼を女王とする邪馬台国はその中心とされ、三十国のうちの多く(二十国弱=対馬国から奴国まで)がその支配下にあったという。卑弥呼は238年以降、帯方郡を通じ数度にわたって魏に使者を送り、皇帝から親魏倭王に任じられた。248年には、狗奴国との紛争に際し、帯方郡から塞曹掾史張政が派遣されている。
Di wilayah
yang diperkirakan adalah kepulauan Jepang, terdapat sekitar 30 negeri kecil, di
antaranya, ada sekitar 28 negeri yang berada di
bawah kekuasaan ratu Himiko (seorang shaman, dukun perempuan); negeri tersebut disebut negeri Wa.
Setelah Himiko, tercatat 5 orang
penguasa dari negeri Yamatai mengirim utusan dan menghadap kaisar Cina.
Tahun 600
& 607, penguasa kerajaan Suiko mengirim utusan ke kerajaan Sui di Cina (遣隋使)(GenZuishi)
Sejarah
dinasti Sui mencatat dua kali
kunjungan tersebut, sedangkan Nihon Shoki hanya mencatat kunjungan kedua.
日本書紀:607年聖徳太子が隋の皇帝に送った国書が「日出づる処の天子、書を日没する処の天子に致す、恙なきや」である。
Nihon Shoki: Pangeran
Shotoku pada tahun 607 mengirim utusan ke kaisar Cina, menyebut diri sebagai
raja dari negara mahahari terbit; arah matahari terbit, arah timur dari daratan Cina--- identitas
Jepang dalam hubungan dengan negara lain.
「日出處」「日沒處」は『摩訶般若波羅蜜多心経』(まかはんにゃはらみたしんぎょう、Maha Prajna Paramita Hrdaya)の注釈書『大智度論』に「日出処是東方 日没処是西方」とあるなど、東西の方角を表す仏教用語である。
Tahun 618,
dinasti Sui runtuh, dan di daratan Cina berdiri dinasti Tang; 遣唐使 (Kento-shi): 630 – 894
memperkenalkan huruf (kanji),
sistem pemerintahan (birokrasi) dan agama Budha ke Jepang.
Berakhirnya 遣唐使(Kento-shi), berakhirnya pengaruh budaya asing, mulainya proses
pembentukan budaya ‘Jepang’ --- hiragana, katakana, karya sastra --- Hikayat
Genji (Genji Monogatari, tahun 1001), Makura no Soushi (esei, awal abad ke-11)
Kondisi
Ekonomi (Kegiatan Produksi)
Diperkirakan pada sekitar abad
kedua, teknologi menanam padi menyebar dari bagian selatan semenanjung Korea ke bagian utara pulau Kyushu, dan kemudian
menyebar ke bagian barat pulau Honshu. Wilayah
di sekitar Nara dan Kyoto yang subur, menjadi sentra produksi padi, sehingga
kerajinan tangan (pembuatan perkakas, ketrampilan menenun, arsitektur istana /
makam) juga berkembang --- pusat kekuasaan politik --- perkembangan hubungan
dengan luar negeri (semenanjung Korea, kekaisaran di daratan Cina) --- wilayah
yang subur dan teknologi produksi pertanian yang maju menjadi faktor utama
terbentuknya pusat pemerintahan dan pusat budaya.
Reformasi Taika (645): sentralisasi
kekuasaan melalui penataan birokrasi, sensus jumlah populasi dan lahan
pertanian untuk kalkulasi pajak (termasuk jumlah populasi yang dapat direkrut
untuk kerja bakti)
Kestabilan sosial politik,
pertumbuhan pendudukan, kekurangan pangan, perluasan lahan pertanian, meluasnya
wilayah dan hilangnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah – munculnya
penguasa lokal, yang secara geografis jauh dari pusat pemerintahan ---
peralihan dari sistem pemerintahan oleh bangsawan dan kaisar yang berpusat di Nara – Kyoto ke
pemerintahan bushi (mantan tax
collector, pemegang sumber
ekonomi)
Agama Budha
masuk ke Jepang pada pertengahan abad ke-6, menjadi agama yang dilindungi oleh
negara; selama jaman Heian (abad ke-8 s/d abad ke-10), kaisar mendatangkan
arsitek dari India
dan Cina untuk membangun sejumlah kuil Budha yang megah, dengan sumber dana
dari pajak yang dipungut dari rakyat. Baik kaisar maupun rakyat percaya bahwa
hanya dengan perlindungan Sang Budha maka negara Jepang akan aman tentram dan
makmur.
--- agama
Shinto belum ada?
Abad ke-11,
Minamoto Yoritomo berhasil menggalang dukungan para bushi (pemungut pajak
daerah) di wilayah Kanto (sekarang daerah sekitar Tokyo)
dan mendirikan pusat pemerintahan di Kamakura.
Basis ekonomi pemerintahan ini adalah pajak pertanian dari wilayah di sekitar Kamakura. Legitimasi
kekuasaan Minamoto diperoleh dari kaisar di Kyoto,
yaitu penganugrahan gelar SEI I DAI SHOGUN, jendral penakluk wilayah barbar;
waktu itu, wilayah yang dianggap berperadaban adalah wilayah sekitar
Kyoto-Nara, sedangkan daerah timur (Kamakura)
adalah daerah yang dihuni oleh orang-orang tidak berperadaban, alias orang-orang
barbar. Minamoto dianggap sebagai utusan kaisar yang memerintah di daerah
barbar, meskipun dalam kenyataannya pemerintahan Kamakura mandiri secara politik dan ekonomi. Jaman
kekuasaan klan Minamoto dengan pusat pemerintahan di kota
Kamakura, disebut jaman Kamakura.
Jaman Kamakura ditandai dengan
semakin meluasnya pembukaan lahan pertanian dan pemukiman penduduk, yang jauh
dari pusat kebudayaan bangsawan di Kyoto. Para
pendeta Budha, yang kembali dari studi di Cina, menyederhanakan dan
menyesuaikan ajaran agama Budha dengan kondisi rakyat jelata di Jepang, dan
aktif dalam penyebarluasan ajaran agama di antara rakyat jelata. Akibatnya,
agama Budha aliran baru (yang didirikan oleh pendeta Budha Jepang) menjadi
agama rakyat Jepang.
Pada akhir
abad ke-13, kerajaan Mongol menuntut pemerintah Kamakura
untuk tunduk pada Mongol; tuntutan ini ditolak oleh penguasa Kamakura. Pihak kerajaan Mongol mengirim
pasukan untuk menyerang Kamakura.
Serangan ini dilawan oleh para bushi yang setia pada pemerintahan Kamakura. Setelah pasukan
Mongol berhasil dipukul mundur, para bushi meminta imbalan jasa berupa tambahan
lahan pertanian dari pemerintah. Permintaan ini tidak mampu dipenuhi oleh rezim
Kamakura. Banyak
bushi kecewa dan tidak loyal lagi terhadap pemerintah.
Melihat
turunnya loyalitas para bushi terhadap pemerintahan Kamakura, kaisar yang
bertahta di Kyoto waktu itu, Go Daigo, mengambil kesempatan untuk merebut
kekuasaan, dengan jalan mendekati para bushi dan mengajak mereka bersama-sama
menjatuhkan pemerintahan Kamakura dan mengembalikan kekuasaan politik pada
kaisar. Usaha ini berhasil. Pada tahun 1333, kaisar Go Daigo berhasil merebut
kekuasaan dan mendirikan pemerintahan di Kyoto.
Namun, ia tidak berhasil memenuhi aspirasi para bushi yang telah medukungnya. 2
tahun kemudian, di bawah pimpinan Ashikaga Takauji, para bushi kembali
menggulingkan kekuasaan kaisar Go Daigo, dan mendirikan kekuasaan bushi di Kyoto.
Sebagai
penguasa baru, Ashikaga memaksa kaisar Go Daigo untuk menyerahkan TIGA PUSAKA
DEWA (三種の神器, yaitu cermin, pedang dan batu
giok; konon ini adalah pusaka yang diserahkan oleh dewa kepada nenek moyang
kaisar dan merupakan simbol legitimasi kekuasaan). Kemudian, Ashikaga
menyerahkan tiga pusaka dewa tsb kepada kaisar Komyo, yang bertahta di Kyoto dan merupakan
pendukung Ashikaga.
TIGA PUSAKA DEWA yang menjadi
simbol legitimasi kaisar Jepang (imajinasi, karena belum ada orang awam yang
pernah melihatnya)
Kaisar Go Daigo mengungsi ke daerah
Yoshino di selatan Kyoto,
dan bersikeras bahwa tiga pusaka dewa yang diserahkan adalah palsu, sedangkan
yang asli masih dipegangnya, sehingga ia adalah pewaris tahta kekaisaran yang
sah. Dengan demikian, pada waktu yang bersamaan ada dua orang kaisar yang
meng-klaim diri sebagai kaisar yang sah, satu di Kyoto
dan satu lagi di Yoshino, bagian selatan Kyoto,
sehingga jaman ini disebut jaman Utara-Selatan (nanboku jidai).
Kondisi ini berakhir pada jaman
kekuasaan Ashikaga Yoshimitsu, akhir abad ke-14. Kekuatan di selatan (Yoshino)
menyerah, sehingga kaisar di Kyoto,
yang didukung oleh pemerintahan Ashikaga, menjadi kaisar tunggal.
Ashikaga Yoshimitsu membangun
istana di kawasan Muromachi di kota Kyoto, sehingga jaman
pemerintahannya kemudian dikenal sebagai jaman Muromachi.
Basis ekonomi pemerintahan
Muromachi adalah pajak dari pertanian dan perdagangan dengan Cina. Perluasan
lahan pertanian dan meningkatnya produktivitas pertanian memungkinkan adanya
surplus produk pertanian, yang mendorong sektor kerajinan tangan (nilai tambah)
dan perdagangan; mata uang perunggu yang di-impor dari Cina digunakan sebagai
alat tukar, sehingga volume perdagangan dalam negeri semakin meningkat.
Sejak pertengahan abad ke-15, para
bushi di daerah mulai menunjukkan sikap membangkang terhadap pemerintah pusat. Konflik
internal perebutan kekuasaan di dalam klan Ashikaga semakin memperlemah posisi
Shogun terhadap para bushi / bawahan. Tatanan
sosial mulai runtuh.
Jaman Muromachi resmi berakhir pada
tahun 1573, ketika Shogun Ashikaga Yoshiaki diusir dari Kyoto oleh Oda Nobunaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar