Jumat, 11 Mei 2012

Sejarah Jepang 1. Konsep Sejarah, Konsep Jepang, Asal-usul Konsep Jepang

oleh: Dr. Susy Ong

Sejarah Jepang

1. Konsep Sejarah, Konsep Jepang, Asal-usul Konsep Jepang

sejarah ≠ mitos/legenda
Herodotus : Yunani, abad ke-5 Sebelum Masehi; pertarungan politik dan militer antar ‘negara’

司馬遷(しばせん)史記(しき) Shibasen (Shiki)135 (145?) – 86 sebelum Masehi, Cina: Sejarah suatu dinasti HANYA DAPAT DITULIS pada era dinasti berikutnya; Sejarah tidak boleh menjadi pembenaran bagi penguasa.

Sejarah menjelaskan perubahan sosial sebagai akibat dari pertarungan politik antar berbagai kelompok kepentingan, PERUBAHAN POLITIK SOSIAL EKONOMI SEBAGAI AKIBAT DARI TINDAKAN MANUSIA, TANPA CAMPUR TANGAN DEWA DEWI.

Benedetto Croce (1866-1952, Italia): All history is contemporary history.
-- banyak sekali fakta yang terjadi sepanjang sejarah, namun yang dicatat hanyalah fakta-fakta yang dianggap penting oleh pencatat sejarah (historian, atau historian yang bekerja sesuai instruksi politikus); sejarah bukan hanya rangkaian kejadian di masa lalu, namun kejadian-kejadian di masa lalu yang dianggap penting oleh orang-orang sekarang --- bersifat subyektif

Karl Marx: Teknologi produksi dan basis ekonomi sebagai pendorong perjalanan sejarah manusia (c.f. Revolusi Perancis)

Kitab sejarah Jepang yang paling tua:
日本書紀(にほんしょき) (Nihon Shoki) selesai ditulis pada tahun 720, atas perintah penguasa.
古事記(こじき) (Kojiki) berisi mitos lahirnya negara Jepang; copy paling tua yang diturunkan sampai sekarang adalah salinan pada abad ke-14.
-- Mitos, bukan sejarah
Asal usul nama Jepang, menurut catatan 魏志倭人伝(ぎしわじんでん) (Gishiwajinden) (abad ke-3): wajin, yamatai
「倭人は帯方郡(現在の北朝鮮南西部にあたる地域)の東南、大海の中に在る。山島に依って国や邑(むら)を為している。旧(もと)は百余国あった。漢の時、朝見する者がいた。今は交流可能な国は三十国である。……」などとある。卑弥呼を女王とする邪馬台国はその中心とされ、三十国のうちの多く(二十国弱=対馬国から奴国まで)がその支配下にあったという。卑弥呼は238年以降、帯方郡を通じ数度にわたって魏に使者を送り、皇帝から親魏倭王に任じられた。248年には、狗奴国との紛争に際し、帯方郡から塞曹掾史張政が派遣されている。
Di wilayah yang diperkirakan adalah kepulauan Jepang, terdapat sekitar 30 negeri kecil, di antaranya, ada sekitar 28 negeri yang berada di bawah kekuasaan ratu Himiko (seorang shaman, dukun perempuan); negeri tersebut disebut negeri Wa.

Setelah Himiko, tercatat 5 orang penguasa dari negeri Yamatai mengirim utusan dan menghadap kaisar Cina.
Tahun 600 & 607, penguasa kerajaan Suiko mengirim utusan ke kerajaan Sui di Cina 遣隋使(けんずいし)(GenZuishi)
Sejarah dinasti Sui mencatat dua kali kunjungan tersebut, sedangkan Nihon Shoki hanya mencatat kunjungan kedua.

日本書紀(にほんしょき)607年聖徳太子が隋の皇帝に送った国書が「日出づる処の天子、書を日没する処の天子に致す、恙なきや」である。
Nihon Shoki: Pangeran Shotoku pada tahun 607 mengirim utusan ke kaisar Cina, menyebut diri sebagai raja dari negara mahahari terbit; arah matahari terbit, arah timur dari daratan Cina--- identitas Jepang dalam hubungan dengan negara lain.

「日出處」「日沒處」は『摩訶般若波羅蜜多心経』(まかはんにゃはらみたしんぎょう、Maha Prajna Paramita Hrdaya)の注釈書『大智度論』に「日出処是東方 日没処是西方」とあるなど、東西の方角を表す仏教用語である。
Tahun 618, dinasti Sui runtuh, dan di daratan Cina berdiri dinasti Tang; 遣唐使(けんとうし) (Kento-shi): 630 – 894
memperkenalkan huruf (kanji), sistem pemerintahan (birokrasi) dan agama Budha ke Jepang.


Berakhirnya 遣唐使(けんとうし)(Kento-shi), berakhirnya pengaruh budaya asing, mulainya proses pembentukan budaya ‘Jepang’ --- hiragana, katakana, karya sastra --- Hikayat Genji (Genji Monogatari, tahun 1001), Makura no Soushi (esei, awal abad ke-11)

Kondisi Ekonomi (Kegiatan Produksi)
Diperkirakan pada sekitar abad kedua, teknologi menanam padi menyebar dari bagian selatan semenanjung Korea ke bagian utara pulau Kyushu, dan kemudian menyebar ke bagian barat pulau Honshu. Wilayah di sekitar Nara dan Kyoto yang subur, menjadi sentra produksi padi, sehingga kerajinan tangan (pembuatan perkakas, ketrampilan menenun, arsitektur istana / makam) juga berkembang --- pusat kekuasaan politik --- perkembangan hubungan dengan luar negeri (semenanjung Korea, kekaisaran di daratan Cina) --- wilayah yang subur dan teknologi produksi pertanian yang maju menjadi faktor utama terbentuknya pusat pemerintahan dan pusat budaya.

Reformasi Taika (645): sentralisasi kekuasaan melalui penataan birokrasi, sensus jumlah populasi dan lahan pertanian untuk kalkulasi pajak (termasuk jumlah populasi yang dapat direkrut untuk kerja bakti)

Kestabilan sosial politik, pertumbuhan pendudukan, kekurangan pangan, perluasan lahan pertanian, meluasnya wilayah dan hilangnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah – munculnya penguasa lokal, yang secara geografis jauh dari pusat pemerintahan --- peralihan dari sistem pemerintahan oleh bangsawan dan kaisar yang berpusat di Nara – Kyoto ke pemerintahan bushi (mantan tax collector, pemegang sumber ekonomi)

Agama Budha masuk ke Jepang pada pertengahan abad ke-6, menjadi agama yang dilindungi oleh negara; selama jaman Heian (abad ke-8 s/d abad ke-10), kaisar mendatangkan arsitek dari India dan Cina untuk membangun sejumlah kuil Budha yang megah, dengan sumber dana dari pajak yang dipungut dari rakyat. Baik kaisar maupun rakyat percaya bahwa hanya dengan perlindungan Sang Budha maka negara Jepang akan aman tentram dan makmur.
--- agama Shinto belum ada?

Abad ke-11, Minamoto Yoritomo berhasil menggalang dukungan para bushi (pemungut pajak daerah) di wilayah Kanto (sekarang daerah sekitar Tokyo) dan mendirikan pusat pemerintahan di Kamakura. Basis ekonomi pemerintahan ini adalah pajak pertanian dari wilayah di sekitar Kamakura. Legitimasi kekuasaan Minamoto diperoleh dari kaisar di Kyoto, yaitu penganugrahan gelar SEI I DAI SHOGUN, jendral penakluk wilayah barbar; waktu itu, wilayah yang dianggap berperadaban adalah wilayah sekitar Kyoto-Nara, sedangkan daerah timur (Kamakura) adalah daerah yang dihuni oleh orang-orang tidak berperadaban, alias orang-orang barbar. Minamoto dianggap sebagai utusan kaisar yang memerintah di daerah barbar, meskipun dalam kenyataannya pemerintahan Kamakura mandiri secara politik dan ekonomi. Jaman kekuasaan klan Minamoto dengan pusat pemerintahan di kota Kamakura, disebut jaman Kamakura.

Jaman Kamakura ditandai dengan semakin meluasnya pembukaan lahan pertanian dan pemukiman penduduk, yang jauh dari pusat kebudayaan bangsawan di Kyoto. Para pendeta Budha, yang kembali dari studi di Cina, menyederhanakan dan menyesuaikan ajaran agama Budha dengan kondisi rakyat jelata di Jepang, dan aktif dalam penyebarluasan ajaran agama di antara rakyat jelata. Akibatnya, agama Budha aliran baru (yang didirikan oleh pendeta Budha Jepang) menjadi agama rakyat Jepang.

Pada akhir abad ke-13, kerajaan Mongol menuntut pemerintah Kamakura untuk tunduk pada Mongol; tuntutan ini ditolak oleh penguasa Kamakura. Pihak kerajaan Mongol mengirim pasukan untuk menyerang Kamakura. Serangan ini dilawan oleh para bushi yang setia pada pemerintahan Kamakura. Setelah pasukan Mongol berhasil dipukul mundur, para bushi meminta imbalan jasa berupa tambahan lahan pertanian dari pemerintah. Permintaan ini tidak mampu dipenuhi oleh rezim Kamakura. Banyak bushi kecewa dan tidak loyal lagi terhadap pemerintah.

Melihat turunnya loyalitas para bushi terhadap pemerintahan Kamakura, kaisar yang bertahta di Kyoto waktu itu, Go Daigo, mengambil kesempatan untuk merebut kekuasaan, dengan jalan mendekati para bushi dan mengajak mereka bersama-sama menjatuhkan pemerintahan Kamakura dan mengembalikan kekuasaan politik pada kaisar. Usaha ini berhasil. Pada tahun 1333, kaisar Go Daigo berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan pemerintahan di Kyoto. Namun, ia tidak berhasil memenuhi aspirasi para bushi yang telah medukungnya. 2 tahun kemudian, di bawah pimpinan Ashikaga Takauji, para bushi kembali menggulingkan kekuasaan kaisar Go Daigo, dan mendirikan kekuasaan bushi di Kyoto.  
Sebagai penguasa baru, Ashikaga memaksa kaisar Go Daigo untuk menyerahkan TIGA PUSAKA DEWA (三種の神器, yaitu cermin, pedang dan batu giok; konon ini adalah pusaka yang diserahkan oleh dewa kepada nenek moyang kaisar dan merupakan simbol legitimasi kekuasaan). Kemudian, Ashikaga menyerahkan tiga pusaka dewa tsb kepada kaisar Komyo, yang bertahta di Kyoto dan merupakan pendukung Ashikaga.


TIGA PUSAKA DEWA yang menjadi simbol legitimasi kaisar Jepang (imajinasi, karena belum ada orang awam yang pernah melihatnya)

Kaisar Go Daigo mengungsi ke daerah Yoshino di selatan Kyoto, dan bersikeras bahwa tiga pusaka dewa yang diserahkan adalah palsu, sedangkan yang asli masih dipegangnya, sehingga ia adalah pewaris tahta kekaisaran yang sah. Dengan demikian, pada waktu yang bersamaan ada dua orang kaisar yang meng-klaim diri sebagai kaisar yang sah, satu di Kyoto dan satu lagi di Yoshino, bagian selatan Kyoto, sehingga jaman ini disebut jaman Utara-Selatan (nanboku jidai).

Kondisi ini berakhir pada jaman kekuasaan Ashikaga Yoshimitsu, akhir abad ke-14. Kekuatan di selatan (Yoshino) menyerah, sehingga kaisar di Kyoto, yang didukung oleh pemerintahan Ashikaga, menjadi kaisar tunggal.

Ashikaga Yoshimitsu membangun istana di kawasan Muromachi di kota Kyoto, sehingga jaman pemerintahannya kemudian dikenal sebagai jaman Muromachi.

Basis ekonomi pemerintahan Muromachi adalah pajak dari pertanian dan perdagangan dengan Cina. Perluasan lahan pertanian dan meningkatnya produktivitas pertanian memungkinkan adanya surplus produk pertanian, yang mendorong sektor kerajinan tangan (nilai tambah) dan perdagangan; mata uang perunggu yang di-impor dari Cina digunakan sebagai alat tukar, sehingga volume perdagangan dalam negeri semakin meningkat.
Sejak pertengahan abad ke-15, para bushi di daerah mulai menunjukkan sikap membangkang terhadap pemerintah pusat. Konflik internal perebutan kekuasaan di dalam klan Ashikaga semakin memperlemah posisi Shogun terhadap para bushi  / bawahan. Tatanan sosial mulai runtuh.

Jaman Muromachi resmi berakhir pada tahun 1573, ketika Shogun Ashikaga Yoshiaki diusir dari Kyoto oleh Oda Nobunaga
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar